akhlisrizza

Tuesday, April 20, 2010

Arema, Aremania dan Kebersamaan-nya

Lebih dua dasawarsa lalu, lahirlah klub sepakbola yang berdiri tegak di atas tonggak yang kuat: tonggak penyangga itu ialah kebersamaan, dan bukan kekuatan financial. Arema- demikian klub itu dinamai, dalam sejarahnya mengarungi derasnya kompetisi di Indonesia telah kenyang dihantam badai krisis. Semua badai diselesaikan dengan kekuatan kebersamaan.

Ketika Arema juara Galatama, bis yang mengangkut pemain bukanlah bis kelas lux, tetapi kekuatan moral kebersamaan menguatkan tim untuk jadi juara. Demikian juga ketika terpuruk menjadi anggota divisi satu, Arema justru bangkit menjadi juara divisi satu disusul dengan meraih Copa 2 kali berturut-turut. Menurut ayas, kuncinya kebersamaan.

Agak sulit buat ayas menggambarkan kebersamaan dalam tim Arema, karena ayas hanya penonton dan bukan pemain. Maka sebaiknya ayas tulis saja kebersamaan di lingkaran Aremania. Karena kebersamaan pada diri Aremania merupakan bagian yang sangat lekat dengan tim Arema itu sendiri.

Seingat saya, ketika tim Arema terpaksa terjun ke divisi satu, animo aremania untuk mendukung klub Arema tak jua surut. Apa sebab? Menurut saya, para Aremania memiliki satu keyakinan bersama: keyakinan bahwa Tim Arema dapat bangkit dan cepat kembali ke pentas bola paling bergengsi di tanah air. Dan terbukti keyakinan itu tidak meleset.

Kini, kondisinya bebalik. Arema Indonesia diambang juara. Semangat kebersamaan juga diuji dalam perjalanan menuju ambang juara. Masih teringat ketika kondisi tim goyang setelah mengalahkan Sriwijaya FC. ”Tekanan” aremania yang secara bersama-sama menuntut penyelesaian kasus itu telah mempercepat pemulihan kondisi tim.

Entah sampai kapan kebersamaan itu ada, semoga kebersamaan itu akan selamanya. Kata orang bule ; Together forever. Mengapa? Ya itu tadi, tonggak yang menyangga tim Arema ialah kebersamaan. Kalau kita baca wawancara dengan para pemain Arema-terutama pemain asing, mereka rata-rata cinta dengan Arema salah satunya karena suporternya yang dahsyat.

Nah, mari kita jaga kebersamaan itu, kita wariskan kebersamaan Aremania ke anak cucu. Kebersamaan Aremania semakin tampak jelas jika kita teriakkan slogannya: SALAM SATU JIWA, AREMA INDONESIA.


Akhlis Rizza,
arema joyogrand
akhlisrizza@yahoo.com

Monday, April 19, 2010

Kearifan Masyarakat

Dalam sebuah postingnya di facebook, budayawan Yocki Suryoprayogo (beliau sepertinya mengomentari tragedy kerusuhan di dekat makam mbah priok Jakarta) menuliskan :

yang dimaksud dng perilaku Kearifan Lokal adalah perilaku masyarakat tertentu yang memiliki kebiasaan turun menurun warisan para leluhurnya , menghormati situs2 ritual dan mengkultuskan obyek2 tertentu ...

Kearifan masyarakat, bagaimanapun bentuknya memang harus menjadi hal yang sangat wajib untuk dijaga. Saya merasakan, beberapa kali menginap di Kapal-Mengwi, Bali, kearifan masyarakat membuat saya menjadi tenang. Betapa tidak, mobil kijang Krista tahun 2001 diparkir berhari-hari di depan rumah (di luar pagar) tanpa dikunci tidak pernah ada yang menjamah. Kalau cara parkir seperti ini dilakukan di perumahan tempat saya tinggal di Jawa mungkin mobilnya sudah hilang. Kata orang, masyarakat Bali di daerah tersebut sangat menjaga nilai-nilai tradisi sehingga mengambil barang yang bukan miliknya merupakan pantangan berat.

Kearifan masyarakat juga membantu kita berintrospeksi. Ramadhan 2009 masehi yang lalu saya sempat sholat tarawih di pinggiran kota Pacitan, tepatnya di dusun craken wetan. Masyarakat di desa itu masih terasa tradisional. Meskipun sudah ada jalan beraspal, perjalanan melewati jalan utama desa masih cukup banyak dilakukan dengan sepeda pancal. Ketika sholat tarawih dimulai, jalanan sangat sepi. Saya kebetulan lupa men-silent hp saya. Lebih kebetulan lagi pas selesai sholat isya ada sms masuk. Hp saya memberi tanda kalau ada sms masuk, tandanya hanya berbunyi satu kali dan pendek saja : TING!! Meskipun suaranya tidak keras (karena saya terbiasa dengan volume tingkat 2), seluruh jamaah masjid yang sedang khuysuk dalam keheningan doa jadi dengar suara dari hp saya. Seorang jamaah yang sudah tua menegur saya : Mas, hp nya dimatikan! Saya tahu, saya ceroboh hingga mengganggu seluruh jamaah masjid. Saya tidak bermaksud pamer hp, ini hanya kecerobohan. Mungkin di kota Malang lupa men-silent hp bisa tidak jadi masalah, tetapi di desa yang masyarakatnya menjaga keheningan suasana sebagai syarat kekhusukan sholat, hasilnya jadi berbeda.
Akhirnya, mengomentari posting mas Yocki : masyarakat kita asalnya sudah maju- lihat saja Borobudur sebagai buktinya. Maka, kearifan masyarakat janganlah diganggu karena harganya sangat mahal.

Akhlisrizza 15 April 2010